Cari Artikel

Kamis, 24 November 2016

Ketika Harapan dan Keraguan Menjadi Satu

Ada yang tak sempat tergambarkan oleh kata
Ketika kita berdua
Hanya aku yang bisa bertanya
Mungkinkah kau tahu jawabnya

Malam jadi saksinya
Kita berdua diantara kata
Yang tak terucap
Berharap waktu membawa keberanian
Untuk datang membawa jawaban 


Mungkinkah kita ada kesempatan
Ucapkan janji takkan berpisah selamanya

Payung Teduh - Berdua Saja
"Setiap lagu memiliki makna, membuat sebuah cerita dan akhirnya meninggalkan kenangan. "
"Sebuah lagu juga dapat mewakili perasaan dan menciptakan suatu inspirasi."
Aku bersyukur, walaupun berkali-kali aku jatuh dan tersakiti, aku masih bisa merasakan manisnya cinta. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, perasaanku sendiri. Aku mengakui.

Aku kembali jatuh cinta.

Seberapa pun usahaku untuk mengelak, tetap saja, aku berhasil dibutakan olehnya. Lagi dan lagi. Seolah-olah yang aku butuhkan saat ini hanya cinta. Tidak, lebih tepatnya...

Dia.

Dia yang mulai kuperhatikan akhir-akhir ini, semakin membuatku ingin memiliki. Dia yang membuatku rindu. Dia yang selalu menghantui. Dia yang selalu membuat dadaku berdegup kencang tiap kali memikirkannya. Tanda-tanda yang diberikan, yang selalu aku anggap hanya perasaanku saja, kini semakin jelas. Jelas sekali. Dia bukan tipe orang seceroboh itu. Aku tahu itu. Aku meyakinkan diriku sendiri.

Percakapan-percakapan melalui pesan singkat yang sempat aku abadikan itu seolah meresap dan terngiang-ngiang di kepalaku.
"Lagian ngga suka ngeburu wanita, mereka punya hati yang bisa sakit, kasihan kalo dikecewain. Dosa besar. Takut karma."
Awalnya, aku berusaha biasa-biasa saja. Tapi sekarang, setelah aku pikir-pikir lagi, seperti ada maksud tertentu dibalik kata-katanya itu. Sekali lagi, aku berusaha tidak berpikir berlebihan. Mengingat pengalaman-pengalamanku sebelumnya. Perasaan sepihak yang pada akhirnya aku juga yang kecewa karenanya.

Seperti dalam postinganku sebelumnya, kadang ada beberapa tipe manusia yang memang ramah ke sesama manusia lainnya. Dan atas dasar hal itulah aku tidak berani menaruh harapan yang terlalu besar kepadanya. Entah, apakah dia memiliki perasaan yang sama atau tidak, aku tidak mau terlalu memikirkannya. Aku belum siap untuk kecewa sekali lagi.

Aku masih terlalu naif. 

Terlalu rumit untuk dijelaskan. Aku pun bingung dibuatnya. Iya atau tidak, iya atau tidak, berulang-ulang. Menyiratkan keraguan. Tapi, aku menyukainya. Aku mengaguminya. Aku juga tidak secuek itu. Aku jauh lebih peka. Hanya saja aku ingin berjaga-jaga atas segala kemungkinan yang ada. Aku hanya bisa diam. Aku tidak ingin kejadian di masa lalu terulang kembali dan menyakitiku sekali lagi.
Yang aku bisa hanya mencintainya. 
Yang aku bisa hanya menunggu. 
Menunggu apakah dia memiliki perasaan yang sama. 
Jika memang kesempatan itu ada, tak akan kusia-siakan.
Biarkan takdir yang membawa kemana arah yang harus dituju selanjutnya.
Seandainya cinta sejati itu mudah, seandainya jodoh itu kita yang menentukan, mungkin tidak lagi ada keluhan-keluhan dari para tuna asmara seperti ini, tidak ada lagi yang tersiksa bertahun-tahun karena menyendiri dan tidak ada lagi postingan semacam ini.
Seandainya cinta sesederhana itu. 
Hanya aku dan kamu. 
Kita berdua. 
Menanti senja dan melewati malam bersama. 
Seandainya cinta sesederhana itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar