Cari Artikel

Selasa, 08 November 2016

Kepadamu yang Aku Kagumi, Aku Memilih Pergi

Tak ada sore dan udara menjadi segar
Tak ada gelap lalu mata enggan menatap
Tak ada bintang mati butiran pasir terbang ke langit
Tak ada fajar hanya remang malam semua tlah hilang, terserang matahari
 

Harum mawar membunuh bulan
Rahasia tetap diam tak terucap
Untuk itu semua aku mencarimu
Berikan tanganmu jabat jemariku
Yang kau tinggalkan hanya harum tubuhmu
Berikan suaramu pada semua bisikanku
Memanggil namamu
 
Atau kau ingin aku berteriak sekencang-kencangnya
Agar seluruh ruangan ini bergetar oleh suaraku
 
Payung Teduh - Rahasia 
Aku terjaga di malam hari, ditemani lagu ini. Sesekali sosokmu hadir. Entahlah, tiba-tiba saja kamu ada. Tidak ada firasat apa-apa, awalnya memang terasa biasa saja. 
"Sangat biasa."
Bahkan hampir aku anggap tidak ada. Ini tahun kedua aku mengenalmu, setidaknya sejak pertemuan itu. Itu adalah kali pertama kita bertemu, tapi rasa-rasanya baru berkesan akhir-akhir ini. Aku tidak pernah menyangka bahwa akhirnya akan ada rasa, karena kita memang biasa-biasa saja. Hingga suatu hari, tiada hujan tiada badai, kamu mulai menyapaku, di pesan singkat itu. Kamu dan aku, percakapan-percakapan sederhana dan mengalir begitu saja. Aku pun masih menganggapnya wajar-wajar saja. 
"Karena ada beberapa tipe manusia yang memang ramah ke manusia-manusia yang lainnya."
Perlahan dan semakin lama semakin aneh saja perasaanku ini. Jantungku berdegup kencang dan selalu saja kepikiran. Sepertinya ada sedikit ketertarikan. Dan aku pun terus mencoba untuk menampiknya.

Tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku. Aku yang over thinking ini selalu saja memikirkan segala kemungkinan-kemugkinan itu. Ya, aku mengakuinya, aku jatuh cinta.

Kamu, kamu yang aku kagumi
Berapa lama aku harus mencari
Sosok sepertimu bagaikan mimpi
Mengenalmu...
Selama ini...
Membuat benih-benih itu tumbuh
Entah apa
Perasaan macam apa


Keinginan untuk memiliki itu ada
Teringat aku pada saat itu. Bak dejavu. Aku tidak ingin mengalaminya, sekali lagi. Aku tidak ingin merusak apa yang sudah terjalin di antara kita selama ini. Lebih baik aku diam. Toh, aku sudah terbiasa.
"Tapi apalah dayaku. Bak fajar menanti senja. Berulang tiap harinya."
Sayang, semakin aku menahannya, semakin aku tersiksa. Dilema. Bertahan atau tinggalkan. Hatiku ini terlalu rapuh, bertolak belakang dengan perasaanku yang begitu menggebu. Aku menginginkanmu, aku sangat ingin bersamamu, walaupun kamu tidak pernah tahu.

Tapi, tapi, tapi. Terlalu banyak alasan. Aku tidak ingin menaruh harapan yang besar kepadamu. Aku tidak mau. Kejadian yang lalu berhasil membuatku takut. Takut untuk melangkah lebih jauh. Aku benci diriku. Terlalu banyak ketakutan yang membayangiku, terutama jika pada akhirnya kamu malah membenciku.

Maaf, aku harus pergi. Aku masih terlalu naif. Aku tidak mau menyiksa diriku lebih dalam lagi. Terlalu banyak kekurangan yang ada pada diriku. Dan aku merasa tak pantas berada di sisimu.
"Kepadamu yang Aku Kagumi, Aku Memilih Pergi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar