Cari Artikel

Sabtu, 29 Oktober 2016

Laki - Laki Itu

Hujan semakin deras, langit semakin gelap. Laki-laki itu masih saja mengikutinya. Dengah sebilah pisau daging berlumuran darah ditangannya, laki-laki itu mengejar tanpa ampun. Ia tak tahu harus bersembunyi dimana. Yang ia lakukan hanya berlari dan terus menghindar. Kemanapun, sejauh apapun, selama masih bisa berlari, asalkan tak bertemu dengan laki-laki itu.


Dilihatnya sebuah tong besar di dekat bangunan tua itu. Tak ada pilihan lain, ia sudah terlalu lelah. Ia masuk dan bersembunyi di dalam tong itu. Setidaknya ia aman untuk sementara. Nafasnya kian tak terkontrol. Begitu menyesakkan. Ia tak tau harus bertahan berapa lama lagi. Tiba-tiba ia mencium bau yang begitu menyengat, tidak asing. 

“Sial !” gumamnya.

Bau amis darah mulai menyelimuti tempat itu. Suara langkah kaki itu kian mendekat. Tak ada kesempatan lagi, ia ingin cepat-cepat terbangun. Ini sudah tak wajar, ia tak tahan lagi, dipejamkan matanya erat-erat. Mulutnya komat kamit, doa-doa mulai terpanjat. Ia hanya ingin semua ini segera berakhir.

Tiba-tiba suasana berubah, hujan berhenti seketika, bau menyengat itu perlahan menghilang. Suara itupun lenyap. Ada secerah harapan. Ia memberanikan diri untuk membuka mata, melihat sekeliling, perlahan mendongakkan kepalanya keluar.

“Aman !” 


Dia keluar dan melompat dari tong itu. Tetapi itu bukanlah akhir yang sebenarnya. Ia tergelincir dan jatuh terperosok ke dalam kubangan air. Dengan sedikit meringis ia mencoba bangun. Sial, kepalanya terasa berat. Ia memilih menyerah dengan berbaring sejenak. Tapi ia belum bisa bernafas lega. Bau itu muncul lagi. Laki-laki itu berdiri tepat di hadapannya. Tak pernah sedekat itu. Ia bergidik. Laki-laki tanpa kepala itu mengayunkan pisaunya dan “braaaaakkkkkk…”

Grace tersentak, matanya terbelalak.


“Sial ! Mimpi itu lagi. Aku muak !”

Ia segera meraih meja kecil di samping tempat tidurnya. Ia mengambil sebuah gasing kecil dan memutarnya. Ia ingin memastikan bahwa ia benar-benar sudah terbangun.

“Jika gasing ini tak berhenti, aku masih bermimpi. Jika gasing ini tak berhenti, aku masih bermimpi. Jika gasing ini tak berhenti, aku masih bermimpi.” Katanya berulang-ulang.


Dan gasing itu berhenti. Grace menarik nafas lega. Segera ia beranjak, menuju ruang bawah, menuruni anak tangga. Tetapi betapa terkejutnya ia ketika sampai di ruang bawah, ia melihat laki-laki itu ada di sudut ruangan dan dalam sekejap sudah berdiri tepat dihadapannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar