Cari Artikel

Sabtu, 29 Oktober 2016

Itu Siapa?

Matahari di ufuk barat perlahan mulai meredup, adikku belum kembali juga. Aku khawatir, karena terkadang si kecil yang masih polos itu bisa melihat "mereka". Sekali, dua kali, aku masih menganggapnya hal biasa. Ya, seperti yang kita tahu, kadang anak-anak mempunyai teman imajinasinya sendiri. Tapi tidak begitu, dari hari kehari, hal-hal yang dialami adikku semakin membuatku semakin merinding saja.
Waktu itu, tepat di jam ini pula adikku lari terbirit-birit, seperti dikejar sesuatu. Ia pun menangis di pelukan Ibu. Lalu dengan terisak ia berkata,

"Buk, tadi ming liat pocong, ming takut..."

Aku dan Ibuku pun terdiam. Entah apa yang harus kami katakan. Tiba-tiba pintu depan terbuka perlahan dan membuyarkan pikiranku saat itu. Fiuhhh... aku lega, karena itu adikku. Dengan senyum bahagia selepas bermain, ia langsung memelukku. Senang rasanya ia kembali dengan selamat dan aku berharap tidak terjadi apa-apa. Tapi dugaanku salah.

"Loh, kakak kok udah disini aja? Kapan masuknya? Barusan aku lihat kakak di depan."

Aku pun tersentak dan seolah berhenti bernapas. Aku? Di depan? Sedari tadi aku hanya berdiam diri di rumah dan tak ada seorang pun disini kecuali aku dan Ibuku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar