Cari Artikel

Senin, 05 Juni 2017

Tentang Pertanyaan, "Kapan Menikah?"

Apa yang kamu pikirkan jika mendengar tentang pernikahan? Apakah pernikahan itu adalah sebuah tujuan akhir? Apakah pernikahan itu menjamin kebahagiaan? Bahagia? Selamanya?
Ah, omong kosong. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Karena kesempurnaan hanya milikNya.
Tapi sebelum itu, sudah siap kah kamu?
Sudah benar kah hidupmu?
Seberapa mapan dirimu?
Sudah matang kah egomu?
Ada yang mengatakan, "kalau semua orang menunggu untuk siap, tidak akan ada orang yang menikah di dunia ini."

Ah, masa? Bukankah itu hanya berlaku untuk orang-orang yang malu dianggap tidak laku?  Hey! Pernikahan itu tentang komitmen jangka panjang dan berlaku untuk seumur hidup. Haruskah demi alasan sepele macam itu kamu menikah?

Menikah itu butuh kematangan emosi. Tidak boleh egois, harus berkompromi. Pertengkaran selalu ada, tapi janganlah layaknya seperti manusia-manusia era globalisasi ini (baca : curhat di media sosial). Hey! Hidupmu itu bukan untuk konsumsi publik!

Apalah itu privasi.

Pilih-pilih itu perlu. Tapi jangan berekspektasi terlalu tinggi. Kenali kebutuhanmu, kenali pasanganmu. Bukan soal materi, tapi lebih kebutuhan batin. (Orang bijak bilang sih, materi itu bisa dicari, halahhh asdfghjkl). Apa kamu mau jika calonmu itu seorang psikopat? Lalu kamu disiksa habis-habisan dan mencoba bertahan karena alasan masih sayang? BODOH!

Kalau soal penampilan? Hmmm... karena itulah fungsi mata, selalu mengingkan keindahan. Tapi ada banyak sekali orang-orang rupawan di dunia ini. Kalau hanya karena rupa, bukankan akan selalu ada yang lebih rupawan lagi. Menggoda lagi. Manusia. Mencari yang rupawan hanya untuk dipamerkan kepada orang-orang? Gengsi? Kamu pasti mati karena cuma makan gengsi. Semua pasti jadi tua dan mati.

Menikah butuh biaya. Ya, semua hal yang berbau duniawi itu membutuhkan biaya. Gengsi. Lagi-lagi soal gengsi. Mungkin kamu bisa saja berhutang hanya untuk menikah dengan resepsi besar-besaran. Tapi bagaimana setelahnya?  Apakah kamu bisa bertanggung jawab untuk menghidupi keluargamu kelak? Pekerjaan tetap, rumah tetap dan yang paling penting ketetapan hati untuk setia pada (satu) pasangan.

Lalu, apakah kamu bisa menjadi contoh yang baik untuk anak-anakmu kelak? Ya, semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Jika memang hubunganmu dengan orang tuamu tidak baik, janganlah sampai terulang lagi untuk anak-anakmu kelak. Pikirkan baik-baik.

Intinya, introspeksi diri. Perbaiki diri demi hidup yang lebih baik lagi.

Jangan pernah risih jika orang lain menghina masa lajangmu. Satu hal yang sebenarnya ingin mereka katakan, "aku mencintai kebebasanmu, jadi menikahlah agar kamu tidak bebas lagi, haha..."



NB : Aku tak cantik dan tak menarik. Tulisan ini cuma alibi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar