Cari Artikel

Senin, 29 Mei 2017

Janji

Lagi, lagi dan lagi. Lagi lagi aku menelan kekecewaan. Hah! Sialan! Aku benci kamu! Ya! Kamu! Datang, pergi, menghilang lalu muncul lagi. Jangan perlakukan aku seolah-olah aku akan selalu memaklumi!

Kalau iya, katakan saja IYA!
Kalau tidak, silakan pergi dan jangan pernah kembali lagi!

Bodoh, bodoh! Kenapa terkadang hati dan pikiran itu tidak pernah sejalan? Aku tidak mau berpihak pada salah satunya. Ya, pikiranku mungkin saja berkata, "ah, lupakan." Tapi tidak dengan hati ini. Beribu alasan dan beribu kemungkinan yang menurutku bisa saja terjadi membuatku bertahan. Tidak jelas, tidak pasti, tapi aku enggan beranjak pergi, ya, aku kembali menyiksa diri.

Kemudian aku tiba-tiba tersadar.
"Aku siapa? Bukan siapa-siapa. Hubungan pun tidak ada. Tapi kenapa rasanya seaneh ini? Apakah kegilaanku muncul kembali?"
Kamu yang selama ini berhasil menarik ulur hati, mengobati lalu melukai lagi. Datang membawa pelangi kemudian pergi meninggalkan badai api. Makhluk apakah dirimu sebenarnya? Sehebat itu meninggalkan luka tanpa bekas. Dengan jubahmu, kamu seolah-olah bersimpati, seolah-olah peduli. Membawaku pergi bermain ke dunia khayalmu, tanpa pernah bertanya apakah aku bersedia. Ya, kamu hanya mementingkan kesenanganmu saja.

Apa arti kesabaranku selama ini? Atas dasar apa aku menunggumu selama ini? Dan untuk apa pula aku mempercayai janji-janjimu itu? Aku memang bukan prioritasmu. Aku hanya pengganggumu. Aku tidak pantas mendampingimu. Aku tidak seharusnya di sini. Aku terlalu hina! Cih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar